Sobat Avani, UMKM atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, di tengah tuntutan konsumen yang makin sadar lingkungan, pelaku UMKM harus mulai bertransformasi. Salah satu cara efektif dan strategis adalah dengan menggunakan kemasan eco-friendly. Bukan hanya sekadar tren, kemasan ramah lingkungan telah menjadi kebutuhan dan strategi bisnis yang mampu meningkatkan citra, daya saing, dan loyalitas pelanggan. Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana UMKM bisa naik kelas dengan memilih kemasan yang lebih bertanggung jawab terhadap bumi.
Mengapa UMKM Harus Beralih ke Kemasan Eco-Friendly?
UMKM yang cerdas melihat tren pasar tidak hanya fokus pada harga atau rasa produk, tetapi juga pada bagaimana mereka menyampaikan produk itu ke tangan konsumen. Kemasan menjadi komunikasi visual pertama. Bila pelaku UMKM menggunakan kemasan sekali pakai berbahan plastik konvensional, maka mereka tidak hanya berkontribusi pada pencemaran lingkungan, tetapi juga terlihat kurang peduli terhadap nilai keberlanjutan.
Saat ini, konsumen terutama dari generasi milenial dan Gen Z cenderung memilih produk yang ramah lingkungan. Menurut survei Nielsen (2023), 73% konsumen global bersedia membayar lebih untuk produk yang menggunakan kemasan berkelanjutan. Fakta ini menjadi peluang besar bagi UMKM untuk memperluas pasar mereka melalui strategi kemasan yang tepat.
Apa Itu Kemasan Eco-Friendly?
Source : Freepik
Sobat Avani, kemasan eco-friendly adalah jenis kemasan yang ramah lingkungan, mudah terurai, dapat digunakan ulang, atau dapat didaur ulang. Jenis kemasan ini tidak hanya meminimalkan dampak negatif terhadap alam, tetapi juga membantu konsumen berperilaku lebih bijak dalam penggunaan produk. Berikut beberapa contoh kemasan eco-friendly yang dapat menjaga lingkungan sekitar
- Kertas daur ulang untuk pembungkus makanan
- Plastik biodegradable (seperti PLA yang berasal dari pati jagung)
- Kemasan kaca atau kaleng yang bisa digunakan ulang
- Kantong kertas kraft untuk produk kering
- Stiker label berbahan eco-label dengan tinta ramah lingkungan
Pelaku UMKM bisa memilih jenis kemasan sesuai dengan karakteristik produk mereka. Misalnya, produk makanan basah bisa menggunakan wadah daun pisang atau kemasan PLA, sedangkan produk fashion handmade cocok dengan kemasan box kertas daur ulang.
Manfaat Langsung bagi UMKM
Source : Freepik
Sobat Avani, berikut adalah manfaat utama yang dapat di rasakan pelaku UMKM ketika mereka beralih ke kemasan produk yang ramah lingkungan,
1. Meningkatkan Citra dan Brand Value
Ketika pelanggan melihat bahwa produk UMKM menggunakan kemasan ramah lingkungan, maka secara langsung mereka akan menilai merek tersebut lebih peduli lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial. Ini menciptakan loyalitas jangka panjang.
2. Menarik Pasar Ekspor
Banyak negara tujuan ekspor, seperti Jepang, Jerman, dan Australia, memiliki regulasi ketat soal kemasan plastik sekali pakai. Dengan mengganti kemasan ke versi eco-friendly, UMKM lebih mudah menembus pasar global.
3. Efisiensi Jangka Panjang
Meski di awal biaya kemasan eco-friendly bisa lebih tinggi, namun dalam jangka panjang, pengusaha akan merasakan penghematan biaya dari reputasi baik dan efisiensi logistik. Beberapa jenis kemasan biodegradable kini bahkan setara harganya dengan plastik konvensional.
4. Mendukung Program Pemerintah
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengeluarkan Peraturan Menteri LHK No. 75/2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. UMKM yang mengikuti arahan ini akan mendapat dukungan promosi dan kemudahan regulasi di masa depan.
Langkah Nyata UMKM untuk Beralih ke Kemasan Ramah Lingkungan
Source : Freepik
Tidak semua perubahan harus dilakukan secara ekstrem. UMKM bisa memulai dari langkah-langkah kecil yang terukur dan konsisten. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan pelaku UMKM:
1. Kenali Jenis Produk dan Kebutuhan Kemasan
UMKM harus menganalisis kebutuhan spesifik produk mereka. Apakah produk tersebut cair, padat, kering, atau mudah rusak? Dengan begitu, mereka bisa memilih jenis kemasan eco-friendly yang cocok secara fungsional dan estetis. Produk makanan kering seperti keripik cocok memakai kemasan paper pouch dengan inner food-grade.
2. Kolaborasi dengan Produsen Kemasan Lokal
Kini banyak produsen kemasan di Indonesia yang menyediakan opsi ramah lingkungan, seperti FlexyPack, Avani Eco, atau Greenhope. UMKM bisa melakukan riset atau bahkan kolaborasi branding bersama.
4. Manfaatkan Media Sosial untuk Kampanye Green Branding
UMKM bisa memanfaatkan Instagram, TikTok, dan Marketplace untuk menunjukkan proses pengemasan yang eco-friendly. Ini menciptakan koneksi emosional dengan konsumen dan bisa menjadi daya tarik tersendiri di era visual seperti sekarang.
5. Ikuti Pelatihan dan Workshop Lingkungan
Kementerian Koperasi dan UKM serta beberapa LSM kerap mengadakan pelatihan pengemasan hijau. UMKM bisa mendaftar dan memperkaya wawasan tentang teknologi kemasan terbaru, termasuk teknik vacuum sealing ramah lingkungan atau edible packaging.
Tantangan dan Cara Menghadapinya
Tidak bisa dipungkiri bahwa transisi ke kemasan ramah lingkungan menghadirkan tantangan, terutama pada sisi harga, ketersediaan bahan, dan edukasi pasar. Namun, tantangan ini bisa diatasi jika UMKM:
1. Bergabung dalam komunitas UMKM hijau
2. Mengajukan program pembiayaan khusus dari pemerintah atau startup hijau
3. Menggunakan kemasan eco-friendly secara bertahap
4. Mengukur dampak perubahan dengan survei konsumen dan data penjualan
UMKM yang Berhasil Naik Kelas karena Kemasan Ramah Lingkungan
Sobat Avani, salah satu contoh sukses datang dari brand lokal “Pala Nusantara”, produsen makanan ringan rempah-rempah khas Indonesia. Mereka menggunakan pouch kertas kraft dengan label stiker biodegradable, dan berhasil menembus pasar ekspor ke Singapura dan Malaysia. Mereka juga mendapat pujian karena turut mempromosikan kampanye “Zero Waste Indonesia”.
Kesimpulan
UMKM di Indonesia harus jeli membaca arah perubahan pasar. Kemasan tidak hanya berfungsi melindungi produk, tetapi juga menjadi alat branding dan identitas bisnis. Beralih ke kemasan ramah lingkungan bukan sekadar mengikuti tren, tapi investasi masa depan. Dengan strategi yang tepat, kolaborasi yang kuat, dan konsistensi dalam edukasi konsumen, UMKM bisa benar-benar naik kelas.